Pasca terjadinya banjir, Politeknik Negeri Lampung (Polinela) mengadakan kegiatan bersih-bersih kampus pada Senin, 26 Februari 2024. Kegiatan yang diadakan di seluruh wilayah kampus ini sesuai dengan arahan direktur kepada seluruh mahasiswa maupun dosen untuk ikut serta.
Banjir yang terjadi pada Sabtu, 24 Februari 2024 termasuk banjir paling parah menurut Direktur Polinela, Sarono. “Sejak tiga puluh tahun yang lalu saya belum pernah mengalami banjir separah ini. Dari cerita-cerita sebelum saya juga belum pernah,” ucapnya.
Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kurangnya resapan air sehingga sungai yang ada tidak cukup untuk menampung air.
Rahmawati, Kepala Jurusan (Kajur) Peternakan mengungkapkan bahwa kurangnya daerah resapan air sehingga menyebabkan banjir. “Daerah resapan harusnya dipertahankan, terutama yang dikonservasi untuk taman karena daerah resapan harus terjaga ratanya,” ucapnya.
Polinela memiliki solusi dalam menghadapi musibah banjir ini diantaranya kerja bakti, menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan, lalu memperbaiki dan menambah fasilitas yang berkurang. Sehingga perkuliahan dapat kembali normal saat masuk semester baru ini.
Untuk solusi jangka panjang, Sarono berencana bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi musibah banjir ini kedepannya. “Memasukkan bencana banjir itu ke dalam rencana jangka panjang jadi seperti membuat jembatan dan membuat kanal yang lebih besar. Tentunya tidak bisa sendiri, kita harus kerja sama dengan pemerintah,” jelasnya.
Terdapat alat-alat praktik yang mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan serta pembaruan untuk mempersiapkan praktikum di semester berikutnya.
Winarto, Kepala Laboratorium Mekanisasi Pertanian menyatakan bahwa praktik mahasiswa terganggu, sehingga memungkinkan untuk memberikan tugas lain terkait dengan mata kuliah tersebut. “Kemungkinan praktikum agak tertunda, atau kalau tidak memungkinkan akan dilakukan simulasi, mungkin kita berikan tugas lain yang terkait dengan mata kuliah tersebut. Karena beberapa peralatan tidak bisa digunakan karena terendam semuanya,” ungkapnya.
Rahmawati mengatakan dampak dari banjir ini terhadap Jurusan Peternakan adalah hilangnya objek penelitian milik dosen maupun mahasiswa. “Kami kehilangan ikan atau objek penelitian yang saat ini sedang dikumpulkan oleh para dosen untuk penelitian. Ada juga induk ikan yang kami persiapkan untuk praktikum seperti induk ikan lele, ikan nila, dan ikan jelawat yang otomatis terbawa arus banjir,” ucapnya.
Akibat terjadinya banjir, Abidzhar Al-Ghifari Kepala Divisi Lingkungan Hidup Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Politeknik Pecinta Alam (Poltapala) Polinela berharap masyarakat sadar bahwa pentingnya untuk menjaga lingkungan. “Semoga masyarakat bisa lebih sadar jika mereka bisa membuang sampah pada tempatnya, supaya pemerintah bisa mengelola sampah agar tidak terjadi banjir atau pemadatan sampah di sungai,” ujarnya.
Sarono berharap mahasiswa sadar bahwa bencana ada di sekitar dan jangan terbiasa membuang sampah sembarangan. “Kita sadar bahwa bencana itu ada di sekitar kita jadi jangan terbiasa membuang sampah sembarangan, kalau ada selokan tersumbat ya kita perbaiki. Kita harus menerapkan antisipasi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini,” harapnya.
Abidzar juga mengungkapkan rencana UKM Poltapala kedepannya untuk mengadakan kegiatan bersih-bersih kembali. “Mungkin kedepannya Poltapala akan mengadakan kegiatan bersih-bersih di kampus terutama di aliran sungai supaya jika banjir kembali tidak terlalu meluap kemana-mana,” tutupnya. (*)
Penulis : Nur’atiah, Natasya Rohimah
Penyunting : Dyanita