Jurusan Ekonomi dan Bisnis (Ekbis) menggelar Festival Wirausaha Mahasiswa (FWM) yang diselenggarakan di pelataran Gedung Pusat Pelayanan Akademik (PPA) Politeknik Negeri Lampung (Polinela). Dibuka oleh Direktur Polinela, Sarono, festival ini berlangsung dari tanggal 26-30 Desember 2022. Dipanitiai oleh Mahasiswa D4 Pengelolaan Agribisnis semester 3, dengan peserta festival dari beberapa Program Studi (Prodi) yaitu, Agribisnis Pangan, Pengelolaan Agribisnis, Akuntansi Bisnis Digital, Akuntansi Perpajakan, Manajemen Informatika, Teknik Sumberdaya Lahan dan Lingkungan, Pengembangan Produk Agroindustri (PPA), dan Peternakan.
Gusti Made Shindu Bhagawanta, selaku Ketua Pelaksana (Ketuplak) mengatakan bahwa, tujuan diadakannya acara ini untuk mengembangkan bakat berwirausaha. “Tujuan dari acara ini banyak sebenarnya, salah satunya memberikan wadah bagi mahasiswa yang memiliki jiwa berwirausaha, karena dengan adanya acara ini mereka bisa mengembangkan bakat berwirausahanya,” tutur Shindu.
Produk yang dijual merupakan hasil dari teori materi perkuliahan, yaitu mengimplementasikan jiwa kewirausahaan Mahasiswa Polinela, dimana setiap prodinya mengeluarkan hasil output masing-masing. Seperti Prodi PPA yang menjual barang-barang hasil industri, contohnya balsam, minyak goreng, dan barang industri lainnya, serta beberapa prodi menjual makanan.
Manda, Mahasiswa Prodi Agribisnis Pangan menanggapi, ia berterimakasih atas adanya festival ini karena memberikan kesempatan untuknya bergabung dalam acara ini. “Menurut saya Festival Wirausaha Mahasiswa ini sangat bagus bagi mahasiswa untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan, terutama Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis. Karena, mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjual dan mempromosikan produknya di acara ini,” tanggap Manda.
Salah satu Mahasiswa Prodi Teknik Sumberdaya Lahan dan Lingkungan, Azela Gerly Putri, berharap acara ini lebih baik lagi untuk kedepannya. “Untuk kedepannya lebih baik lagi, lebih banyak stand-standnya lagi,” ujarnya.
M. Alfasha, Mahasiswa Prodi PPA turut menyampaikan keluh kesahnya terhadap festival ini, yaitu kurangnya minat pembeli dan tempat yang tidak strategis. “Kurangnya minat pembeli ya kalau kata saya. Selain itu, pembayaran yang sulit karena harus melewati pihak ketiga atau kasir, untuk tempat festival kurang strategis, dan peraturannya harus jelas sesama peserta, seperti pembagian hasil penjualan,” terangnya. (*)
Penulis: Andini Olifia Anggraini, Asya Desta Farisa
Penyunting: Aura