Aliansi Lampung Memanggil Gelar Aksi Mimbar Bebas di Tugu Adipura

Penyampaian orasi para mahasiswa dalam aksi Aliansi Lampung Memanggil Di tugu Adipura Bandar Lampung, Kamis, 21 April 2022 | Perssukma.id/Oky endrawan

Aliansi Lampung Memanggil kembali turun aksi di Tugu Adipura Bandar Lampung, Kamis, 21 April 2022. Aksi ini diadakan untuk menindaklanjuti ultimatum 3×24 jam yang diberikan kepada pemerintah pada saat aksi sebelumnya. Elemen yang tergabung dalam aksi hanya terdiri dari mahasiswa, beberapa buruh, dan beberapa pelajar yang berjumlah sekitar 500 orang.

Sedikitnya jumlah massa merupakan hasil penggembosan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Hari ini gerakan Aliansi Lampung Memanggil bukan terpecah, tetapi telah digembosi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, makanya lebih banyak massa aksi pada tanggal 13 April waktu itu, di depan gedung DPRD BandarLampung,” tutur Yongki Davidson.

Bacaan Lainnya

Aksi ini diisi dengan mimbar bebas, dimana dari setiap elemen mulai dari mahasiswa, buruh, maupun elemen masyarakat bebas untuk bergabung ke dalam lingkar aksi tersebut dan menyampaikan orasinya. Orasi yang disampaikan oleh beberapa pihak mahasiswa, berisikan tentang tuntutan-tuntutan yang belum direalisasikan, seperti represifitas aparat keamanan terhadap massa aksi.

Dika, Hubungan Masyarakat (Humas) Aliansi Lampung Memanggil mengatakan, bahwa capaian aksi hari ini merupakan gambaran perjuangan masyarakat dan mahasiswa yang belum selesai. “Untuk hari ini, capaian kita memberi gambaran bahwa perjuangan rakyat belum selesai. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang tidak dieksekusi oleh negara, dan pemerintah absen dalam bertanggungjawab tentang permasalahan rakyat hari ini,” ujarnya.

Salah satu Mahasiswi Universitas Malahayati, Kristin beranggapan, bahwa aksi kali ini merupakan respon kekecewaan dan tuntutan aksi sebelumnya yang belum terealisasikan. “Aksi hari ini sebagai respon kekecewaan dan kemarahan rakyat, terkhusus bagi kami. Jadi kami ada tanggung jawab secara moril, bahwa apa yang terjadi dan dirasakan masyarakat seperti harga kebutuhan pokok tinggi, Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik. Tetapi di situasi ini, tidak ada satu kebijakan pemerintah yg mencoba cover semua situasi yang rakyat rasakan. Hari ini serta respon kami secara politis, menyikapi kebijakan pemerintah yang kami nilai tidak berpihak kepada seluruh masyarakat,” tutur Kristin.

Adapun poin-poin tuntutan yang dibawakan dalam aksi tersebut, yaitu:

  1. Menolak dengan Tegas Kenaikan Harga BBM dan Menuntut Pemulihan dari Krisis Energi yang sedang Berlangsung.
  2. Menjamin Stabilitas Harga Kebutuhan Pokok.
  3. Wujudkan Reforma Agraria Sejati.
  4. Cabut UU Cipta Kerja, UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Turunan Peraturannya.
  5. Menuntut Kemudahan Akses Kesehatan untuk Seluruh Rakyat Indonesia.
  6. Menuntut Terwujudnya Pendidikan yang Gratis, Ilmiah dan Demokratis.
  7. Mengecam dengan Keras Tindakan Represifitas Aparat Keamanan terhadap Massa Aksi dan Menuntut untuk Dihentikannya Kriminalisasi terhadap Aktivis Gerakan Rakyat dan Mahasiswa.

Pada poin enam, menuntut Terwujudnya Pendidikan yang Gratis, Ilmiah dan Demokrasi juga menjadi titik sorot, agar pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di negeri ini. “Saat ini sistem pendidikan di Indonesia banyak dicampuri oleh pihak swasta, sehingga untuk mendapatkan sekolah gratis merupakan hal yang mustahil,” jelas Kristin.

Aliansi Lampung Memanggil akan tetap mengawal kebijakan-kebijakan yang tidak pro dengan rakyat, melalui aksi-aksi berikutnya. “Untuk selanjutnya, aksi-aksi yang lain pasti ada, karena sembari kita menunggu dan mendampingi hasil-hasil tuntutan di aksi kita pada tanggal 13 April kemarin sampai terealisasikan, kami akan tetap terus melakukan aksi,” ujar Balau.

Yongki Davidson berharap, masyarakat dan mahasiswa dapat meningkatkan solidaritas guna mengatasi keresahan yang ada di masyarakat. ”Tentunya karena ini gerakan kolektif, gerakan moral, ini bukan hanya keresahan kami. Jadi kalau bukan kita hari ini bersolidaritas, mau kapan lagi,” ujar Yongki.

Kristin juga berpendapat, bahwa solidaritas merupakan hal yang penting dalam mengatasi isu-isu sosial yang ada di masyarakat. ”Yang bisa kami harapkan, bagaimana gerakan solidaritas atas elemen gerakan rakyat miskin, mahasiswa serta pelajar untuk terus mengawasi dan mengontrol kerja dan jalannya tindakan dan aktivitas pemerintah,” tutur Kristin.

Aksi Aliansi Lampung Memanggil hari ini, berjalan dengan kondusif, dan penyampaian orasi oleh mahasiswa selesai pada pukul 17.10 WIB. Kemudian, aksi ini ditutup dengan penyampaian sikap mahasiswa terkait tuntutan-tuntutan yang harus direalisasikan. (*)

Penulis: Rima Oktaviyana, Oky Endrawan
Penyunting: Aura

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Captcha loading...

+ 64 = 74