Progam Studi (Prodi) D4 Teknologi Pembenihan merupakan prodi yang berfokus pada benih-benih tropika seperti buah-buahan, tanaman pangan, obat-obatan dan lainnya. Dosen Prodi D4 Teknologi Pembenihan Anung Wahyudi, S.P., M.Sc., Ph.D. melakukan pengembangan varitas unggul baru bibit melon yang diberi nama Makuwari.
Melon Makuwari adalah jenis melon oriental yang hanya ada di beberapa negara seperti di Jepang dengan nama Makuwa sedangkan di Korea bernama Chamoe, Melon ini memiliki tekstur daging yang renyah, rasa yang manis, kulitnya tipis bisa dimakan mirip mentimu tak hanya itu bijinya bisa juga dikonsumsi guna kesehatan.
Salah satu Mahasiswa Teknologi Pembenihan, Rajes menyampaikan tanggapannya terkait rasa melon Makuwari.“Yang aku rasain si melonnya manis, terus seger, pas digigit itu kayak ada bulir atau butir kasar gitu, tapi ada juga yang gak ada ada yang lembutkan, kalau tekstur ya bisa dibilang sama kayak timun suri tapi rasanya ya rasa melon,” kata nya.
Benih ini di uji adaptasi selama 5 tahun dan mengahasilkan varitas unggul baru yang diberi nama Gingseng Makuwari dan Ogan Makuwari yang sekarang varitasnya telah terdaftar dan sedang berada di tahap di uji kebeneran varitas, uji keunggulan varitas serta perlindungan varitas dan lainnya hingga mendapatkan hak paten.
Anung Wahyudi Dosen D4 Teknologi Pembenihan itu menjelaskan tentang awal mula adanya Melon Makuwari. ”Sebenernya karena saya studi di Jepang lama sehingga saya menggunkan benih-benih introduksi, jadi benih dari Jepang dan Korea itu kita bawa ke Indonesia kita uji adaptasi Setelah lima tahun kita mendapatkan varitas unggul baru yang diberi nama Gingseng Makuwari dan Ogan Makuwari, menggunakan metode pedigree atau silsilah dengan didanai oleh kemendikbudristek yaitu dana matching fund,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan makna nama melon Makuwari karena ini merupakan bibit yang ada di Indonesia. “Untuk namanya sendiri Makuwa berasa dari nama bibitnya yang berasal dari Jepang dan RI nya itu Republik Indonesia jadi maknanya buah induk dari jepang dan dikembangkan di Indonesia, karena Makuwari ini di indonesia belum ada dan ini merupakan yang pertama dikembangakan dan di daftarkan karena biasanya buahnya hasil benih impor,” ungkapnya.
Kendala yang dialami selama pengembangan melon Makuwari adalah biaya yang besar serta
perjuangan dan kesabaran ekstra ditambah Sumber Daya Manusia yang kurang karena tidak dikelola oleh Tim serta Anung sendiri masih menjalankan tugasnya sebagai dosen. Strategi yang dilakukan oleh Dosen Teknologi Pembenihan tersebut yaitu BTT atau Butuh Tatih Tayang. “Strategi saya itu BTT alias Butuh Tatih Tayang jadi tanpa kamu berikan kasih sayang maka tanaman tidak akan membalas, disini kita sama-sama mahluk hidup makannya saya suka mengobrol dengan tanaman karena menurut saya mereka juga perlu diperhatikan,” jelasnya.
Perkembangan melon ini perspektif premium di pasaran biasa dijual 1kg Rp 50.000 – Rp 70.000, satu tanaman biasanya bisa menghasilkan 10 buah itu limit biaya cost nya juga lumayan, karena disarankan di kembangkan di greenhouse , dan melon ini sampai saat ini belum di perjual belikan karena belum ada ijin edarnya.
Anung berharap ilmunya dapat bermanfaat bagi semua orang ”Harapan saya ilmu yang saya pelajari itu bermanfaat bagi orang lain maka orang orang disekitar saya dapat merasakan manfaat dan berdampak dari saya dan karya ini juga dapat bermanfaat bagi petani di Indonesia dan Kedepannya akan ada yang dikembangkan tanaman yang lain varitas-varitas lainnya bisa menyusul,” tutup Anung. (*)
Penulis : Rima Oktaviyana, Sofyan Nur Zailani
Penyunting : Asti Ananta