Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bidang Seni (BS) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) turut memeriahkan Ramadhan Fest Polinela 2025 dengan menampilkan karya seni Lamberta Percussion pada Rabu, 12 Maret 2025. Grup ini menghadirkan pertunjukan musik perkusi yang menggunakan barang bekas sebagai alat musik. Acara ini berlangsung di belakang Gedung Serba Guna (GSG) Polinela.
Penampilan UKM BS bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap barang bekas agar tidak hanya dianggap sebagai sampah, tetapi juga sebagai bahan kreasi yang dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi. Dengan pemikiran yang kreatif, barang bekas dapat dimanfaatkan menjadi alat musik ritmis yang unik.
Ketua Umum UKM BS, Djob Albert, menjelaskan bahwa divisi musik perkusi ini telah melalui proses latihan yang cukup, meskipun menghadapi beberapa tantangan. “Cara mengajak anggota untuk bergabung cukup mudah, tetapi tantangannya adalah kami harus menciptakan pola ketukan terlebih dahulu, lalu menghafalnya. Dalam penampilan tadi, kami membawakan sepuluh pola ketukan yang berbeda. Proses latihannya cukup sulit karena harus mengingat semua ketukan tersebut,” ungkapnya.
Ia juga menambahka bahwa grup musik perkusi mereka, yang dikenal dengan nama Bambretta, telah beberapa kali tampil di berbagai acara dan lokasi. “Kami memiliki divisi yang disebut Job Divisi. Untuk musik perkusi, kami menggunakan nama Bambretta. Kami sudah sering tampil, misalnya di acara Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI), pesta rakyat, kafe-kafe, dan bahkan diundang tampil di kampus-kampus lain. Oleh karena itu, kegiatan ini akan terus menjadi rutinitas kami,” tambahnya.
Alfin Mursidhan, anggota UKM BS, menjelaskan bahwa ide membentuk grup perkusi dari barang bekas muncul karena belum ada kelompok serupa di Lampung. “Dari situ kami membuat terobosan baru, yaitu bagaimana menciptakan musik ritmis menggunakan alat-alat bekas. Ini juga menjadi ciri khas UKM BS di luar,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa meskipun terdengar menarik, proses menciptakan musik dari barang bekas tidaklah mudah. “Latihan dan menciptakan ritme itu berbeda. Latihan sebenarnya tidak terlalu sulit, tergantung kemampuan masing-masing orang. Ada yang cepat menangkap, ada juga yang butuh waktu lebih lama. Sedangkan dalam menciptakan alat musik ritmis, ada tantangan tersendiri karena pertama-tama kita harus mengeksplorasi bunyi yang dihasilkan,” tambahnya.
Putri Septi Azizah, mahasiwa pengunjung Ramadhan Fest 2025, memberikan tanggapan mengenai penampilan Lambretta Percussion. “Sebelumnya, saya pernah mendengar tentang mereka dari media sosial. Kalau soal memainkan alat musik dari barang bekas, sepertinya cukup sulit karena suara yang dihasilkan tidak tentu, ada yang rendah, ada yang tinggi. Kalau soal ketertarikan, pasti tertarik, karena tadi saat menonton, pertunjukannya terlihat sangat seru,” ujarnya. Ia berharap agar ke depannya Lambretta Percussion memiliki rencana untuk memperluas jangkauan penampilan mereka. “Menurut saya, mereka sebaiknya lebih sering menampilkan pertunjukan seperti tadi, baik secara offline maupun online. Dengan begitu, orang yang berada dekat maupun jauh tetap bisa menonton. Ini juga dapat membantu menarik lebih banyak partisipasi dan audiens,” tutupnya.(*)
Penulis : Nadia, Heidy Pitri Shafira
Penyunting : Jhon