Sejumlah Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) lakukan Aksi Orasi di depan Gedung Pusat Pelayanan Akademik (PPA) Jumat, 25 Agustus 2023. Aksi ini diwarnai dengan pemasang dua banner yang bertuliskan “Demokrasi Dikebiri No Justice No Peace” dan “Polinela Berduka”. Mulai pukul 15.47 WIB sejumlah mahasiswa membagikan selembaran berisi judul “Stop Komersialisasi Pendidikan di Politeknik Negeri Lampung” yang berisi keputusan dari pihak birokrasi kampus terkait UKT di Polinela, yaitu pembayaran UKT sebesar 50% kepada kawan-kawan mahasiswa semester akhir.
Tak hanya itu selembaran yang dibagikan kepada Mahasiswa Polinela juga berisi point tuntutan:
- Menuntut keringanan UKT untuk semester akhir dari 50% menjadi 10%
- Menuntut keringanan UKT untuk mahasiswa yang akan magang dan melaksanakan PKI
- Menuntut organisasi mahasiswa/lembaga mahasiswa internal kampus untuk bertindak tegas terhadap kebijakan kampus yang tidak berpihak kepada seluruh kawan-kawan mahasiswa.
Aksi ini merupakan ungkapan bentuk rasa kecewa terhadap pihak lembaga kampus terhadap audiensi, serta konsolidasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan aksi mahasiswa ini tidak dibersamai oleh pihak lembaga kampus. “Untuk inisiasi dari aksi simbolik hari ini, itu adalah aksi dari kawan-kawan yang merasa dikecewakan oleh pihak lembaga kemahasiswaan kampus oleh kawan-kauwan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polinela, kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) yang mereka sebagai tangan penghubung dari kawan-kawan mahasiswa lain, jadi untuk aksi hari ini juga, tidak ada kawan-kawan lembaga yang ikut dalam kegiatan ini,” ungkap salah satu mahasiswa akhir yang turut andil.
Tak hanya orasi, aksi ini ditutup dengan pemboikotan Kesekretariatan BEM KBM Polinela buntut pihak lembaga kampus yang kurang repsonsif. “Ya sudah saya jelaskan ya tadi dari awal, bahwasanya kawan-kawan lembaga ini yang mengajak aksi. Kemarin dikonsolidasi hari rabu, kita menyepakati beberapa poin tuntutan dan untuk di hari kamis kita akan melaksanakan teklap. Tapi apa, di hari kamis kita masih membahas poin tuntutan dan ada beberapa poin tuntutan yang dikonsolidasikan di hari rabu itu hilang, bahkan mereka tidak membawanya. Karena mereka bilang ini akan dibawakan pada Pekan Aspirasi Mahasiswa (PAM), tetapi dari pihak kawan-kawan lembaga ini tidak memberikan kepastian kapan PAM akan dilaksanakan. Jadi menurut saya kurangnya persiapan dari mereka ya perlu dipertanyakan,” ucapnya.
Aksi ini memicu rasa kebingungan serta pertanyaan bagi para Mahasiswa Baru (Maba) karena dilaksanakan pada saat Pengenalan Sistem Pendidikan Politeknik (PSP2). “Ini ada apa ya kak, saya bingung mau menanggapinya secara positif atau bagaimana, saya mengerti aksi tapi belum dapat pointnya itu apa,” tutur Maba Polinela.
Harapan yang disampaikan dari para masa aksi yaitu agar lembaga kampus serta petinggi kampus dapat lebih peka dan bersuara atas permasalahan dan keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa. “Harapannya kami yang pertama, pihak lembaga kampus BEM, HMJ, MPM, dan lain-lainnya peka terhadap permasalahan mahasiswa sekarang, karena mahasiswa bersuara kepada mereka. Kemudian para petinggi kampus jangan semaunya untuk menaikkan UKT, kemudian membuat peraturan-peraturan yang memberatkan mahasiswa. Serta kawan-kawan lembaga lebih responsif dan pihak direksi merespon keresahan mahasiswa,” harap salah satu mahasiswa aksi yang tak ingin disebutkan namanya. (*)
Penulis : Rima Oktaviyana, Rahmanika Fauzia Ayassi
Penyunting : Dyanita