Perempuan Mendobrak

Ketua komisi 1 majelis permusyawaratan mahasiswa (MPM). | ist

Di era milenial dengan pesatnya perkembangan teknologi modern yang membutuhkan berbagai aspek kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan global, peran serta perempuan sangat dibutuhkan sebagai bentuk manifestasi dalam membantu kondisi saat ini.

Masih banyak stigma masyarakat luas mengenai peran serta perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini juga harus disadari oleh perempuan mengingat pembatasan dari norma norma yang berlaku, baik itu norma agama maupun norma adat istiadat. Namun demikian, perempuan tidak harus terpaku dengan persepsi negatif yang muncul di masyarakat. Dalam hal-hal tertentu, perempuan mampu mengekspos diri melalui kaidah-kaidah personal tanpa berseberangan dengan norma-norma yang berlaku.

Bacaan Lainnya

Stigma masyarakat timbul salah satunya disebabkan karena kecenderungan perempuan yang lebih mengedepankan perasaan dan tingkah laku. Hal ini yang harus dibenahi dan disadari, bahwa konsep kesetaraan dapat dicapai dalam pola berfikir secara intelektual, kemandirian dan kemampuan dalam mengelola serta mampu mengambil tindakan-tindakan positif yang tepat.

Untuk merubah stigma masyarakat tentang perempuan yang mengedepankan perasaan dan tingkah laku, diperlukan pokok-pokok pikiran yang berorientasi pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dari sisi intelektual kemampuan perempuan tidak berbanding terbalik, ini dapat dibuktikan melalui perbandingan banyaknya persentase pelajar perempuan di tingkat menengah maupun di perguruan tinggi. Bukankah ini juga menunjukkan kemampuan manajemen yang dimiliki perempuan dalam mengatasi problema intelektual dalam rumah tangga.

Sesungguhnya kesetaraan itu sudah tercapai dan bukan menjadikan pokok permasalahan yang justru melemahkan kiprah perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Stigma masyarakat yang timbul disebabkan karena kurangnya kemampuan perempuan dalam mengimplementasi pemikirannya.

Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam mengekspos kemampuan perempuan dalam menghadapi kondisi teknologi global tersebut, adalah sebagai berikut:

  • Perempuan harus mampu mengedepankan pola pikirnya dalam mengelola perencanaan secara detail dan menyeluruh.
  • Harus mampu mengaplikasikan rencana-rencana yang telah disusun, jangan jadikan rencana yang telah kita buat hanya tersimpan dalam benak saja, tapi harus mampu kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
  • Mempunyai kekuatan untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah tercapai, jadikan hal -hal positif yang kita lakukan untuk lebih bermanfaat dan tidak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.
  • Menindaklanjuti hasil evaluasi sebagai bentuk perbaikan dimasa akan datang, lakukan perubahan secara berkelanjutan dan berulang untuk mencapai hasil yang lebih baik, jadikan kelemahan sebagai peluang untuk memperbaiki diri.

Dengan melakukan keempat pokok pemikiran secara continue, maka stigma masyarakat tentang perempuan sedikit demi sedikit dapat terdegradasi. Bukan hal yang mustahil untuk perempuan dapat mensetarakan diri dalam kehidupan bermasyarakat dengan menampilkan pemikiran-pemikiran dan ide-ide tanpa harus bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.(*)

Penulis: Hanum Sansahaya
Penyunting: Novri

*Penulis adalah mahasiswi program studi manajemen informatika yang aktif dalam lembaga legislatif dan yudikatif kampus. Disela kesibukannya di kampus dia juga sibuk mengurus pacarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 12 = 18