Mengubah Stigma Perempuan

Hariyanti Sholehah, Wakil Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi dan Bisnis 2023

Dulu perempuan selalu dipandang sebelah mata, tidak untuk sekarang. Stigma perempuan harus cantik, putih, langsing, tidak berpower, bahkan stigma yang selalu mengiringi langkah kita adalah pertanyaan kenapa harus berpendidikan tinggi jika nantinya akan tetap menjadi ibu rumah tangga. Seringkali perempuan dituntut mengambil alih lebih banyak pekerjaan domestik karena dianggap sebagai kodratnya. Maka dari itu kita harus mengubah stigma tersebut.

Saat ini bisa kita lihat, banyak perempuan-perempuan hebat yang bisa setara bahkan lebih hebat jenjang karirnya dibanding laki-laki. Kita memang tidak boleh menyalahi kodrat bahwa imam itu lelaki, tetapi kita hanya ingin membuktikan bahwa kita tidak lemah, contoh saja dalam dunia jurnalistik kita punya Najwa Shihab yang bahkan bisa selalu membantu masyarakat untuk membuka wawasan mengenai keadaan politik di Indonesia, dengan keberanian nya beliau berani membuka hal-hal yang selama ini ditutup-tutupi kepada masyarakat. Tak hanya Najwa Shihab, ada sosok hebat perempuan Indonesia yaitu Susi Pudjiastuti dengan kegigihanya dalam berusaha yang mampu membantu dirinya menjadi sukses seperti sekarang ini, saat ini beliau bisa lebih membantu masyarakat, dan banyak pula masyarakat yang sayang kepada beliau.

Bacaan Lainnya

Beliau-beliau ini yang mendukung kita bisa mulai bangkit untuk menjadi perempuan yang lebih berani dan bekerja keras. Kita harus buktikan bahwa sistem patriaki perempuan tidak hanya bisa di dapur, di kasur dan di sumur, peran kita bisa lebih dari itu, kita sebagai perempuan dapat berkontribusi di berbagai bidang dengan cara dan passion kita masing-masing. Perempuan berani, seringkali selalu dihindari bukan malah diajak kolaborasi. Suara kita seakan di bungkam dan harus mengikuti mereka kaum laki-laki. Semua itu perlu dimulai dari diri kita sendiri karena, harga diri tidak ditentukan oleh orang lain melainkan dari kita kepercayaab diri adalah mengetahui impian kita masing masing. “Jika laki-laki dipromosikan karna potensinya, maka perempuan hanya berdasarkan performa yang sudah dibuktikanya”.(unlocking the fill potential of women in the u.s economy.(mckinsey& company, 2011))

Sebagai perempuan kita harus selalu bergandengan tangan, bukan malah selalu berkompetisi. Dapat kita lihat sekarang ini banyak perempuan yang selalu berkompetisi dengan saling menjatuhkan sesama perempuan, sering menggunjing sesama perempuan. Hingga pada akhirnya banyak perempuan yang menjadi musuh terbesar bagi perempuan itu sendiri. Salah satu dampak negatif nya adalah hilang  rasa kepercayaan diri untuk maju menjadi lebih baik. Sebaiknya kita sebagai perempuan sudah harus mulai bergandengan berjalan bersama tanpa saling menjatuhkan, hal itu bisa dimulai dari diri sendiri, mulai dari bekerjasama dan menunjukkan sifat yang lebih empati, serta kemurahan hati pada kaum sendiri. Terpenting kita harus menghilangkan rasa menjatuhkan dan pupuk rasa saling menguatkan untuk menghilangkan rasa keraguan yg menghalangi langkah perempuan Indonesia.

Untuk saat ini, kita sudah lebih merdeka, kita perempuan sudah lebih bisa mengutarakan pendapat kita.(*)

Penulis : Hariyanti Sholehah
Penyunting : Galih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

80 − 75 =