Pasaran Wawai (PAWAI) merupakan sebuah program kolaboratif yang memberdayakan Masyarakat Pesisir Kota Bandar Lampung khususnya Pulau Pasaran dalam implementasi pengelolaan sampah dengan konsep ekonomi sirkular secara partisipatif.
Kegiatan PAWAI ini didanai oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (GoTo Foundation), serta diimplementasikan oleh 3 Non-Governmental Organization (NGO) yaitu Askara sebuah lembaga riset dari Bogor, Angkuts start-up pengangkut sampah asal Pontianak, dan Yayasan Sosial Berkelanjutan dari provinsi Lampung. Acara ini telah dilaksanakan pada tahun lalu selama satu tahun, dan menghadirkan proyek Rumah Inovasi Daur Ulang (Rindu) yang launching pada Senin, 12 September 2022 yang lalu.
Febriansyah Putra Djaya Indra, selaku Business Development Manager menyatakan bahwa Rindu bertujuan untuk meminimalisir pembuangan sampah di laut pada Pulau Pasaran guna meningkatkan potensi yang ada. “Tujuan Rindu adalah pusat pengolahan dan pengumpulan sampah khususnya sampah pesisir Kota Bandar Lampung di Pulau Pasaran, baik sampah organik maupun anorganik menjadi produk bernilai ekonomis sehingga mendukung implementasi ekonomi sirkular dari sampah, serta memberdayakan masyarakat pesisir dalam hal perekonomian,” jelasnya.
Rindu terinspirasi dari kota Bandar Lampung yang dinobatkan sebagai kota terbersih pada tahun 1996 dan 1998, namun pada 2019 dan 2020 dinobatkan menjadi kota terkotor se-Indonesia nomor dua setelah Manado. Business Development Manager itu berharap dengan hadirnya Rindu ini dapat mewujudkan kembali penobatan Bandar Lampung sebagai kota terbersih seperti dahulu. “Dengan adanya ini dapat menjadi pukulan untuk masyarakat khususnya Bandar Lampung dan kami harap Rindu dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut serta mewujudkan penobatan kita yang dulu,” ujarnya.
Ferly, karyawan Angkuts merasakan dengan adanya Rindu wilayah pemukiman menjadi lebih baik. “Ya bagus, wilayah permukiman menjadi lebih baik. Harapannya bisa lebih bagus lagi, disini kami juga menghasilkan roster, sampah organik, dan pakan maggot, tak hanya itu selama bergabung di Pasaran Wawai kami tidak pernah mengalami kendala, semua aktivitas yang dilakukuan berjalan lancar, tidak ada kekurangan serta kelebihannya semua sudah siap jadi tinggal menggunakan tenaga saja untuk bekerja,” katanya.
Selain menghasilkan roster ramah lingkungan dari sampah, Rindu juga memberdayakan sampah organik untuk pakan maggot setelah panen sekitar 1 bulan sampai 2 bulan. Febriansyah juga menyatakan bahwa dampak yang dirasakan sangat berpengaruh dengan adanya kegiatan Pasaran Wawai ini. “Ada produk si Mama ini adalah salah satu cabang dimana sampah di area Pulau Pasaran dibuat kerajinan seperti wadah tisu, tas, karpet, dan sebagainya. Alhamdulillah impact nya secara lingkungan sangat berpengaruh, dari adanya Pasaran Wawai ini 80% terlihat jelas kebersihannya karena sudah ada sistem pengangkutan sampah tiap harinya,” tambah Febriansyah.
Mahwardi, pembuat roster juga menimpali harapannya agar Pasaran Wawai ini dapat berlangsung lebih lama karena dapat menciptakan lapangan kerja baru. “Harapannya Pasaran Wawai ini berlangsung lama’ kalau bisa dibilang bahagia, bahagia bisa bergabung di Pasaran Wawai ini,” tutupnya. (*)
Penulis: Yulia Citra Febriyanti, Jarwati Muliya Ningsih
Penyunting:Galih