Minggu, 11 Februari 2024, Gerakan Selamatkan Demokrasi yang diinisiasi beberapa Mahasiswa Perguruan Tinggi dan Organisasi Eksternal di Provinsi Lampung digelar dengan latar belakang keresahan terkait kondisi degradasi demokrasi yang terjadi akibat perilaku cawe-cawe Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, di Tugu Adipura, Bandar Lampung.
Gerakan ini turut mengundang Komite Pemilihan Umum (KPU) Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) Provinsi Lampung, tetapi lembaga tersebut tidak hadir. Rasa kecewa pun dituturkan oleh Koordinator Lapangan (Koor. Lap), Wahyu Ramadhan mengatakan bahwa mengundang KPU BAWASLU karena ingin meminta kejelasan terkait penyelenggaraan pemilu pada 14 Februari 2024 nanti. “Kami mengundang pihak KPU BAWASLU, karena ingin meminta statement terkait penyelenggaraan pemilu agar beliau berkomitmen untuk menyelenggarakan pemilu dengan adil, namun beliau tidak hadir,” jelasnya.
Aksi ini berisikan orasi-orasi dari perwakilan mahasiswa hingga perwakilan organisasi eksternal, aksi ini juga membawa poin tuntutan yang disebutkan dalam orasi, antara lain:
1. Mengecam dan menuntut Presiden Joko Widodo untuk menghentikan cawe-cawe politik serta menjaga cita-cita reformasi.
2. Menuntut Penyelenggara Pemilu dan pihak terkait untuk netral dan profesional dalam menjalankan tugas sesuai amanah konstitusi.
3. Mendesak Sivitas Akademika Perguruan Tinggi Lampung untuk memberikan sikap terhadap degradasi demokrasi yang terjadi saat ini.
4. Mengutuk keras gerakan yang tidak merepresentasikan nilai murni yang mengatasnamakan mahasiswa.
Aul, Narahubung aksi menuturkan bahwa aksi ini sudah lama direncanakan dan pada realitanya massa aksi yang hadir kurang lebih 100 orang. “Aksi ini untuk gagasannya sudah terencana sudah lama tetapi baru terealisasi minggu kemarin. Untuk massa kita perkirakan ada 100an orang,” jelasnya.
Rio Hermawan, Presiden Mahasiswa (Presma) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berharap bahwa aksi ini bisa menjadi awalan untuk aksi-aksi selanjutnya dan poin-poin tuntuan terealisasi. “Harapannya untuk aksi ini bisa menjadi pemantik untuk aksi-aksi selanjutnya, jadi mahasiswa itu harus kritis dan bergerak,” harapnya.
Setelah ditutup dengan closing statement, aksi ini tidak akan berlanjut dikarenakan menjelang pemilu sehingga aksi-aksi berikutnya hanya akan digelar aksi pencerdasan. (*)
Penulis : Rahmanika Fauzia Ayassi, Riana Nida Sandiva
Penyunting : Nadia