Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) kembali melanjutkan konsolidasi terkait Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang kedua di area Wall Climbing, lapangan Gedung Serba Guna, Selasa, 28 Maret 2023. Konsolidasi kedua ini dihadiri oleh perwakilan BEM, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), serta para Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Kegiatan ini dilaksanakan kembali guna melanjutkan pembahasan poin-poin terbaru terkait pencabutan UU Cipta Kerja sesuai kesepakatan serta memberi pressure kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dilaksanakannya konsolidasi kedua lebih menekankan dan mengajak para mahasiswa serta himpunan program studi untuk turut serta turun dalam massa aksi demo.
Aprian Pratama, Presiden Mahasiswa (Presma) Polinela menjelaskan bahwa hasil konsolidasi kedua yaitu sudahnya terisi teknis lapangan serta manajemen aksi. “Ketika konsolidasi kedua membahas point mengenai teknis lapangan kampus sendiri dan menentukan manajemen aksi dan peran peran lainnya, Alhamdulillah sudah terisi, kemudian konsolidasi selanjutnya akan ada konsolidasi lanjutan dan besok tidak sepenuhnya konsolidasi internal ada juga dari kampus Unila,” tuturnya.
Direncanakan teknis demo dilakukan seperti pada umumnya bertempat di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung dengan 3 poin tuntutan antara lain mencabut UU Cipta Kerja, merevisi UU Kesehatan, serta hadirnya pendidikan demokratis. Ia melanjutkan jumlah aksi massa yang diperkirakan akan turun mendatang pada Kamis, 30 Maret 2023 hingga 300 mahasiswa. “Untuk jumlah massa aksi yang akan turun untuk demo pada tanggal 30 nanti, diperkirakan ada sekitar 250 bahkan sampai 300 mahasiswa,” lanjut Aprian.
Antusiasme para mahasiswa pada konsolidasi kali ini dinilai menurun, terlihat dengan kurangnya jumlah hadir peserta dibandingkan konsolidasi pertama. Muhammad Faatihah, Gubernur HMJ Ekonomi Bisnis (Ekbis) menanggapi tingkat keapatisan mahasiswa yang terlihat masih tinggi. “Inilah penyakit konsolidasi dari hari ke hari, entah kenapa mahasiswa ini tingkat apatisme nya sangat tinggi. Jadi konsolidasi itu bentuk kecerdasan kita ya teman-teman, kalau aksi kita tidak tahu apa-apa jadi kita tidak tahu urgensi atau tuntutannya, apa yang membuat kita harus turun aksi gitu sebenarnya,” tanggapnya.
Faatihah berharap dengan persiapan demo ini bisa tercabutnya UU yang dinilai merugikan masyarakat. “Harapan ke depan untuk aksi kita tahu urgensi nya, kita tahu apa yang kita tuntut. Tentu UU ini bisa dicabut ya, karena benar-benar menyusahkan rakyat, sangat-sangat merugikan. Bahkan yang harusnya jadi dalam perwakilan rakyat saja hanya bisa menyusahkan rakyat gitu,” harapnya.
Aprian juga menimpali harapannya agar para mahasiswa lebih terbuka akan adanya permasalahan pada konsolidasi berikutnya. “Harapan untuk konsolidasi selanjutnya, para mahasiswa Polinela tergerak hatinya dan peduli akan adanya urgensi dan kepentingan saat ini yang sedang menjadi permasalahan. Supaya kita bisa tetap memperjuangkan apa yang menjadi hak mahasiswa dan seluruh masyarakat Indonesia untuk bergerak bersama-sama dalam demo pada tanggal 30 nanti,” tutupnya. (*)
Penulis: Riska Ayu Wulandari, Andini Olifia Anggraini
Penyunting: Shindy