Rabu, 19 Februari 2025 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) mengadakan kegiatan galang dana untuk membantu korban penertiban di Sabah Balau, Kabupaten Lampung Selatan. Penggalangan dana dilaksanakan di empat titik lokasi yaitu Hajimena, Way Halim, Tugu Adipura, dan Lungsir. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Polinela.
Bagus Eka Saputra, selaku Presiden Mahasiswa (Presma), mengatakan bahwa latar belakang penggalangan dana untuk membantu korban penggusuran di Sabah Balau. “Untuk yang melatarbelakangi kegiatan kami hari ini adalah penggusuran yang dilakukan kemarin, kami melihat beberapa warga yang benar-benar membutuhkan donasi ini. Kami juga melihat beberapa warga yang sampai terluka, bahkan ibu hamil mengalami pendarahan. Kami sangat prihatin dengan hal tersebut karena penggusuran dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi,” ungkapnya.
Bagus, menjelaskan mekanisme penggalangan dana ini dilakukan dengan membentuk tim dari 18 ormawa yang terbagi di empat titik lokasi. “Jadi kami membentuk tim dari 18 ormawa yang ada di Polinela dan membagi mereka di empat titik lokasi yang sudah ditentukan,” ujarnya
Aditya Dwi Putra, selaku Gubernur Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknologi Informasi (TI), menyatakan bahwa alasan utama organisasi mahasiswa menginisiasi penggalangan dana adalah untuk membantu masyarakat atau korban yang terkena dampak penggusuran. “Kami sebagai organisasi khususnya KBM Polinela, sangat ingin berperan aktif dalam membantu masyarakat yang terdampak. Meskipun bantuan kami tidak besar, kami berharap dapat meringankan beban mereka,” ungkapnya.
Risky dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Al Banna Polinela, ikut serta dalam kegiatan penggalangan dana ini menjelaskan bahwa meskipun dampak yang diberikan belum terlalu besar, mereka yakin bahwa dampak kecil dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih signifikan. “Mungkin dampaknya tidak terlalu besar saat ini, tetapi kami percaya setiap kontribusi, sekecil apa pun, dapat memberikan perubahan yang berarti,” ungkapnya.
Risky juga mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi saat penggalangan dana adalah cuaca yang tidak mendukung. “Saat ini, kami terkendala cuaca yang kurang baik, seperti hujan yang turun menghambat kegiatan kami,” tambahnya.
Meski terdapat tantangan, Risky berharap agar ke depannya bantuan ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi korban penggusuran. “Harapannya, semoga korban di Sabah Balau dapat memperbaiki kondisi ekonominya secara keseluruhan dan penggalangan dana dari kami dapat memberikan dampak langsung kepada mereka,” tutupnya.(*)
Penulis : Andika Sandi Pranata, Naura Hafiizha Dini
Penyunting : Refiah